·
Jika orang tidak makan daging maka industri daging akan
hancur dan ekonomi akan bermasalah. Fakta: hukum ekonomi
sederhana adalah tentang supply dan demand. Memang
sistem perekonomian tidak dapat diubah seketika, namun jika
tidak ada peminat, maka penyedia daging akan menyesuaikan dengan
komoditas yang diperlukan. Beralih profesi adalah hal yang biasa.
Kita melarang ganja yang berbahaya dan yakin bahwa petani ganja
dapat beralih profesi. Kita dapat melarang rokok, karena petani
tembakau tentu dapat mencari alternatif lain. Kita dapat
berhenti makan daging (menyumbang lebih banyak kasus penyakit
daripada rokok) karena yakin peternak dapat mencari profesi
lain, atau dibantu mencari profesi lain. Bertahun-tahun kita
tahu bahwa nelayan hidup pas-pasan karena hasil mencari ikan di
laut tidaklah sebanding dengan risiko serta energi yang
dikeluarkan. Mengapa kita tidak membantu mencarikan alternatif
profesi?
·
Beralih dari menu berbasis daging ke nabati tidaklah ‘realistis’.
Fakta: ada perbedaan antara ‘realistis’ dan ‘lumrah’. Justru
makan daging yang boros energi dan merusak lingkungan di saat
ini amatlah tidak ‘realistis’. Memang beralih ke makanan nabati
belum ‘lumrah’ karena kebiasaan tersebut telah kita lalui ribuan
tahun. Adalah tanggung jawab kita saat ini yang dapat berpikir
maju, untuk memperbaiki kebiasaan salah tersebut demi generasi
selanjutnya.
·
Jika tidak ada pemakan daging, maka bumi akan dikuasai oleh
sapi, ayam dan babi. Fakta: ini sebenarnya lebih bersifat logika
bercanda, karena kita tahu yang kita makan adalah hewan yang
kita ternakkan, kita paksa lahir, dan kita paksa mati. Bumi
tidak dikuasai kecoa walau manusia tidak makan kecoa.
·
Jika tidak makan daging, tubuh akan lemas. Fakta: tubuh
membiasakan diri terhadap makanan. Dalam satu dua hari mungkin
akan terasa lemas karena tubuh mengharapkan daging, namun dalam
tiga empat hari berikutnya tidak akan lagi bermasalah. Mirip
perokok yang tiba-tiba berhenti merokok, mungkin akan merasakan
perasaan aneh. Tubuh lemas atau tidak adalah bersifat
individual, tidak semua lemas, banyak juga yang biasa-biasa saja,
bahkan banyak di antaranya yang sengaja mengamati perubahan yang
dirasakan. Energi dari sumber makanan nabati cukup.
·
Jika tidak makan daging, tubuh akan kekurangan gizi. Fakta:
ahli nutrisi menyatakan menu nabati cukup gizi. Jika ada
kekurangan, seperti vitamin B12 misalnya, dengan mudah diatasi.
Kekurangan yang ada pada makanan berbasis nabati hanya bersifat
minor (mudah diatasi) dibandingkan dengan keuntungan yang besar.
Perbandingan kandungan antara 100 gram tempe dan daging. Protein
dalam tempe sebanding dengan protein dalam daging ternak. (Direktorat
Gizi, Departemen Kesehatan, RI, 1992 seperti dikutip oleh
Susianto, Ahli Gizi, pada presentasi “Vegetarian Gaya Hidup
Sehat Alami – Back to Nature”)
·
Jika tidak makan daging, anak laki-laki tidak akan jantan
dan kuat seperti singa. Fakta: ini pun logika yang lebih
bersifat guyonan dan dapat dijawab dengan guyonan
juga karena sebenarnya tubuh hewan tidaklah sama dengan tubuh
manusia. Misalnya tokh dianggap sama, maka kita dapat
mengingat kembali bahwa gajah lebih kuat daripada singa, kelinci
lebih ‘nakal’ (beranak sering dan menjadi simbol playboy)
daripada singa, kijang berlari lebih cepat daripada singa. Jika
marah, maka kuda nil dapat meremukkan tulang manusia lebih cepat
daripada singa. Dan jangan lupa, singa suka tidur setelah makan,
sedang kuda akan terus menarik pedati.
·
Jika tidak makan daging, baiklah kita makan ikan. Fakta:
sejak 1900, kita telah menguras ikan di laut dari Kutub Utara
hingga Kutub Selatan dengan angka fantastis, banyak spesies
berpotensi berkurang hingga 90%. Industri perikanan
telah benar-benar menghancurkan satwa laut dan menyebabkan
kesia-siaan, karena banyak dari hasil tangkapan ternyata
terbuang. Jangan lupa pula bahwa laut menjadi buangan akhir dari
limbah manusia, penuh polutan. Polutan yang terakumulasi di
daging ikan dapat mencapai 9 juta kali dari kadar polutan
di air tempatnya hidup, dan menurut Centers for Disease Control
and Prevention, 325.000 orang sakit dan meninggal setiap
tahun karena mengonsumsi ikan dan hewan laut lainnya yang telah
terkontaminasi.
·
Menu nabati dapat membuat orang-orang bodoh. Fakta: ini
mitos bercanda karena kenyataan menunjukkan para pemikir banyak
menganut menu nabati seperti Phytagoras (terkenal dengan diet
nabati phytagorean), Socrates, Plato, Isaac Newton, Leonardo da
Vinci, Albert Einstein, Charles Darwin dan masih banyak lagi.
Para cerdik pandai sudah lama tahu bahwa makan daging tidaklah
alami.
·
Makan daging adalah pilihan asasi yang tidak akan dapat
dinilai benar/salah. Fakta: ‘pilihan’ akan menjadi pilihan
ketika tidak ada konsekuensi negatif bagi diri sendiri atau
orang lain. Merokok, misalnya, adalah ‘pilihan salah’ karena
rokok terbukti mengandung racun yang merusak diri sendiri dan
mengganggu orang di sekitar perokok. Pelarangan merokok di
tempat umum telah diatur dalam undang-undang. Konsumsi daging
menimbulkan industri daging yang sangat merusak lingkungan yang
tidak hanya akan ditanggung oleh para pemakan daging namun juga
mereka yang tidak makan daging. Mereka yang disebut belakangan
ini berhak untuk memperoleh jaminan akan lingkungan yang baik.
MEAT! Now, it’s not personal! But like it or not, meat eating
is becoming a problem for everyone on the planet.
·
Makan daging tak berlemak itu sehat. Fakta: daging memiliki
prekursor asam, salah satu pembeda protein hewani dan nabati.
Sumber hewani dapat meningkatkan pembuangan (ekskresi) kalsium
dalam urin. Sumber hewani baik tak berlemak maupun berlemak
bukan sumber makanan yang dibutuhkan tubuh.(Deborah
E Sellmeyer, Katie L Stone, Anthony Sebastian, and Steven R
Cumming, “A High Ratio of Dietary Animal to Vegetable Protein
Increases the Rate of Bone Loss and The Risk of Fracture in
Postmenopausal Women”, Am J Clin Nutr 2001 73: 118-122)
·
Hubungan konsumsi daging dengan krisis energi, kerusakan
alam, dan pemanasan global adalah akal-akalan aliran vegetarian.
Fakta: mungkin memang benar bahwa kaum vegetarian bersemangat
memakai isu hubungan antara makan daging (peternakan) dengan
krisis energi, kerusakan lingkungan dan global warming.
Namun, koneksi itu didukung oleh hasil-hasil penelitian
organisasi-organisasi prestitisius seperti NASA dan FAO yang
sama sekali tidak ada urusan dengan vegetarian.
·
Daging lebih sedikit mengandung pestisida dibandingkan
dengan sayuran, jadi lebih aman. Fakta: daging justru mengandung
lebih banyak racun daripada sayuran. Menurut Harvey Diamond,
kandungan pestisida pada makanan hewani adalah 9 kali lebih
tinggi dibanding dalam sayur dan buah.
Tidak seperti anggapan umum, ternyata daging mengandung lebih
banyak residu pestisida dibanding sayuran. (P
E Cornellussen, “Pesticide Residues in Total Diet”, Pesticides
Monitoring Journal, 2:140-152, 1969 dalam John Robbins, (a),
h.317)
·
Kalau tidak ada kotoran ternak, pupuk organik tidak dapat
dibuat. Fakta: pupuk organik dapat dibuat dari limbah dapur dan
dedaunan. Untuk sawah, misalnya, pola tanam pad -padi - palawija
sangat baik karena menjaga tanah cukup zat hara.
·
Kalau industri peternakan merusak, maka kita dapat makan
daging hewan yang berkeliaran di halaman. Fakta: jelas jumlah
hewan yang berkembang biak alami, seperti ayam kampung yang kita
biarkan berbiak alami di pekarangan kita, tidak akan mencukupi
sehingga, lagi-lagi, akan mendorong industri peternakan.
·
Berhenti makan daging dan menjadi pemakan tumbuhan tidak
membebaskan manusia dari membunuh, karena tumbuhan juga
kehidupan. Fakta: sejak awal evolusinya manusia menjadi bagian
dalam sistem kehidupan bumi dan tanamanlah yang menjadi sumber
makanan alami mereka. Struktur tubuh manusia disiapkan sebagai
pemakan tumbuhan. Ketika manusia beralih ke menu daging (bukan
menu alami mereka) maka mulailah penyakit kanker dan
kardio-vaskular menghebat.
·
Perikanan darat paling cocok dan aman untuk memenuhi
kebutuhan gizi manusia. Fakta: perikanan darat memberi dampak
negatif kepada lingkungan seperti perebutan dan pencemaran air,
gangguan biodiversitas, bahkan masalah tanah. Dampak tersebut
tidak akan terlihat bila kita tidak melihat secara sistem.
Sumber: http://www.infovegetarian.net/vegan/mitos-salah-tentang-vegetarian.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar